Perjalanan Seru Mengunjungi Salah Satu Situs Sejarah dan Kebudayaan di Banten


Tampak Depan Makom Ki Masjong

    Assalamu'alaikum Wr. Wb., Hallo teman-teman penikmat sejarah. Saya Farrel Fadilla Ardi Pratama, merupakan seorang mahasiswa di salah satu universitas terbesar di Banten, yak benar sekali Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam blog ini, saya akan bercerita mengenai pengalaman saya dalam mengunjungi salah satu situs bersejarah di Banten sekaligus menjelaskan apa saja yang berada dalam situs sejarah tersebut. Sebelumnya cerita dalam blog ini merupakan rangkaian dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Studi Kebantenan yang saya ambil dalam kelas 4C.

    Ketika berbicara mengenai Banten, maka tak afdol rasanya bila tidak membahas tentang Banten Girang yang merupakan cikal bakal dari Banten. Situs Banten Girang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Banten Girang yang terletak di Kampung Telaya, Desa Sempu, Kecamatan Serang, Kota Serang. Situs ini berasal dari abad ke-10 masehi dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-13 hingga ke-14 masehi (source: tribunbanten.com). Banten berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu "pabanten" yang artinya tempat untuk menaruh sesaji atau persembahan. Sementara "girang" bisa berarti jaya atau senang tetapi dalam kaitannya dengan kota lama Banten, nama Banten Girang berarti "Banten Hulu".

    Perjalanan menuju Situs Banten Girang ini dimulai dengan saya bertemu dengan teman-teman terlebih dahulu di kampus untirta karena memang rencananya kami hendak berangkat bersama sekelas. Setelah semuanya siap, kami lantas berangkat menuju tempat tujuan. Perjalanan kami tempuh kurang dari 30 menit karena memang jarak dari kampus menuju situs Banten Girang yang tidak terlalu jauh. Setibanya di lokasi, tempat yang dikunjungi pertama adalah Makbaroh Aulia Masjong dan Agus Ju.

    

Foto disamping merupakan selfie di depan makom Aulia Ki Masjong dan Agus Ju. Kedua tokoh tersebut merupakan warga asli Banten yang pertama kali masuk Islam dan kemudian menjadi pengikut setia dari Raja Islam pertama di Banten, yaitu Sultan Hasanudin. Fakta menarik mereka berdua juga adalah kakak-beradik yang memeluk islam pertama di Banten. 

Terdapat gapura putih setinggi 3 meter bertuliskan “Makam Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju Sempu” yang berdiri kokoh sebagai pintu gerbang. Gapura menjadi identitas kultural Makbaroh sehingga mudah ditemui oleh pengunjung. Tidak jauh dari pintu gerbang, terdapat punden berundak yang dianggap sebagai salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara. Lalu, di sisi kiri terdapat mushola yang diperuntukkan bagi penziarah untuk melaksanakan ibadah atau sekedar beristirahat. Tempat ziarah ini masih asri dan sejuk untuk dikunjungi, karena disekelilingnya ditumbuhi oleh pohon-pohon besar yang hijau nan rimbun.



    Kemudian berjalan beberapa langkah ke depan, kita akan menemukan bangunan yang berbentuk persegi panjang menghadap ke arah utara, bercat putih dengan model atap yang sedikit meniru arsitektur budaya tionghoa. Kemudian terlihat pada gambar di atas terdapat pagar gerbang bangunan yang sekilas mirip dengan kopiah sunda yang dibelah tengah-tengah. Terdapat juga batas alas kaki bagi penziarah yang ditandai dengan adanya anak tangga ketiga dari bawah. Terdapat pula satu pintu dan dua jendela dibagian kiri dan kanan serambi.

    Memasuki ruang depan, yakni ruang sejarah dan kebudayaan Situs Banten Girang, pengunjung akan disuguhi dengan berbagai macam benda zaman dahulu dan artefak bersejarah peninggalan masa lampau. Benda dan artefak tersebut tersimpan rapi di dalam lemari kaca yang tersebar di setiap sisi ruangan. Artefak yang ditemui terdiri dari gerabah, keramik, logam, dan lain sebagainya, naum artefak berebntuk gerabahlah yang paling banyak ditemui Bentuk-bentuk gerabah terdiri dari periuk besar, periuk kecil, tempayan, mangkuk, kendi, dan pundi-pundi berdasarkan hasil analisis arkeolog. 

    Untuk temuan keramik, secara keseluruhan berupa pecahan-pecahan dari fragmen wadah berbentuk mangkuk, piring, cawan, cepuk, guci, buli-buli, dan tempayan. Selain dari hasil galian, terdapat pula benda-benda sejarah yang utuh pemberian warga, seperti kendi, guci, dan mangkuk. Ada pula bingkai besar berisikan penjabaran sejarah singkat Banten yang ditulis langsung menggunakan tangan oleh kuncen utama Situs Girang Banten, Abah Abdu Hasan. Ada pula bingkai besar berisikan penjabaran sejarah singkat Banten yang ditulis langsung menggunakan tangan oleh kuncen utama Situs Girang Banten, Abah Abdu Hasan. Di sisi kanan dan kiri bingkai terdapat pintu untuk masuk ke ruangan berdoa para penziarah. Dibawah ini akan saya tampilkan beberapa foto yang saya ambil dari artefak yang ada di dalam makom Ki Masjong dan Agus Ju.



    Selain makom Ki Masjong dan Agus Ju, peninggalan lain yang masih termasuk dari Banten Girang adalah Goa Banten Girang. Goa tersebut terletak di pinggir Sungai Cibanten, Kampung Tirtalaya, Desa Saebulu, Kecamatan Serang, Kota Serang. Goa tersebut merupakan bukti sekaligus peninggalan bersejarah dikarenakan lahirnya pemerintahan Kota Serang. Kemudian, Banten Girang diidentikan dengan orang pasundan. 
Goa ini memiliki dua pintu masuk yang di dalamnya terdapat tiga ruangan. Abdu Hasan, kesepuhan dan kuncen utama Situs Banten Girang menjelaskan setelah beberapa waktu, Banten Girang akhirnya ditaklukan oleh pasukan Islam yang berasal dari Demak dan Cirebon dan berdirilah Kesultanan Banten. Sayang sekali, ketika saya berada di sana kondisinya sedang tidak baik karena telah ditimpa banjir bandang beberapa hari yang lalu. Gambar disamping memrupakan penampakan Goa Banten Girang pada saat saya berkunjung. Goa itu juga menjadi kepentingan aktivitas ketentaraan bagi masyarakat semasa ksultanan Banten.


    Sekian perjalanan dari saya mengunjungi Situs Bersejarah dan Kebudayaan Banten Girang. Mari sama-sama kita sebagai mahasiswa turut melestarikan sejarah dan budaya yang ada di daerah kita sendiri. Karena sejatinya kitalah yang menjadi pelestari agar bisa dinikmati tersu kedepannya. Bila ada informasi yang kurang atau salah, saya sebagai penulis sangat menerima kritik dan sarannya agar dapat menjadi bahan evaluasi kedepannya bagi saya. Akhir kata, Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Salam Semangat, Untirta!! Jaya Jaya Jaya







Komentar